Kamis, 17 Februari 2011

PERCOBAAN II REAKSI UJI TERHADAP ASAM AMINO

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA UMUM

PERCOBAAN II

REAKSI UJI TERHADAP ASAM AMINO

NAMA : GIDEON YONES MASIRING

NIM : H411 07 002

KLP : I (SATU)

ASISTEN : KIKY REZKI WAHYU

TGL PERC : 6 Nopember 2008














LABORATORIUM BIOKIMIAJURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2008



BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Melalui suatu proses tertentu sejumlah besar molekul asam amino dapat membentuk suatu senyawa yang memiliki banyak ikatan peptida. Molekul senyawa ini merupakan suatu molekul senyawa yang besar atau makro molekul yang terdiri atas banyak molekul asam amino dan karenaya disebut sebagai polipeptida.

Protein mempunyai molekul besar dengan bobot molekul bervariasi antara 5000 sampai jutaan. Dengan cara hidrolisis oleh asam atau suatu enzim, protein akan menghasilkan asam amino. Ada 20 jenis asam amino yang terdapat dalam molekul protein. Asam amino tersebut masing-masing terikat dengan ikatan polipeptida. Protein mudah dipengaruhi oleh suhu tinggi, pH, dan pelarut organik.

Sifat reaksi asam amino dan protein adalah sangat ditentukan oleh gugus α-karboksil dan gugus α-amino bereaksi sebagaimana lazimnya reaksi organik lainnya untuk membentuk amida, ester, dan asil halida lainnya. Dengan demikian maka diadakanlah percobaan mengenai reaksi asam amino dan protein ini.

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Untuk mengetahui dan mempelajari reaksi uji terhadap asam amino.

1.2.2 Tujuan Percobaan

  1. Mengindetifikasi adanya gugus hidroksifenil spesifik pada asam amino tirosin melalui tes millon.
  2. Mengindetifikasi adanya asam amino dan protein yang mengandung gugus asam amino bebas melalui tes ninhydrin.
  3. Mengindetifikasi adanya gugus sulfurhidril spesifik pada asam amino cystein dengan nitroprussida dan amoniak berlebih.
  4. Mengindetifikasi adanya jembatan sulfida pada asam amino cystin dengan natrium hidroksida dan timbal asetat.

1.3 Perinsip Percobaan

Mengindetifikasi asam amino dengan beberapa pereaksi tertentu yang digunakan melalui beberapa tes yaitu: tes millon, tes ninhydrin, tes cystein, tes cystin, yang ditandai dengan adanya perubahan warna dan endapan yang menunjukkan bahwa adanya reaksi positif terhadap asam amino.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Protein adalah molekul raksasa yang terdiri dari satuan-satuan kecil penyusunnya yang disebut asam amino yang tersusun dalam urutan tertentu, dengan jumlah dan struktur tertentu. Molekul-molekul ini merupakan bahan pembangun sel hidup. Protein yang paling sederhana terdiri atas 50 asam amino, tetapi ada beberapa protein yang memiliki ribuan asam amino. Hal yang terpenting adalah ketidakhadiran, penambahan, atau penggantian satu saja asam amino pada sebuah struktur protein dapat menyebabkan protein tersebut menjadi gumpalan molekul yang tidak berguna. Setiap asam amino harus terletak pada urutan yang benar dan struktur yang tepat (Poedjiadi, 1994).

Teori evolusi yang menyatakan bahwa kehidupan muncul secara kebetulan, tidak berdaya saat dihadapkan pada keteraturan ini. Protein terlalu menakjubkan untuk dijelaskan dengan teori kebetulan ini. Fakta bahwa struktur fungsional protein tidak dapat muncul secara kebetulan akan mudah diamati dengan perhitungan probabilitas sederhana yang dapat dipahami semua orang. Sebuah molekul protein berukuran rata-rata dibangun dengan 288 asam amino yang terdiri dari 12 jenis asam amino. Protein dapat disusun dengan 10300 cara yang berbeda. Dari seluruh kemungkinan, hanya satu cara yang yang dapat membentuk urutan molekul protein yang diinginkan. Sisanya adalah rantai asam amino yang sama sekali tidak berguna atau berpotensi membahayakan mahluk hidup. Dengan kata lain, probabilitas pembentukan satu molekul protein adalah 1 banding 10. Selain itu, molekul protein dengan 288 asam amino lebih sederhana dibandingkan molekul-molekul protein raksasa yang terdiri dari ribuan asam amino (Poedjiadi, 1994).

Asam amino adalah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam amino yang terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugus –NH2 pada atom karbon α dari posisi gugus –COOH. Dari rumus umum tersebut dapat dilihat bahwa atom karbon α ialah atom karbon asimetrik, kecuali bila R ialah atom H. Oleh karena itu asam amino juga memiliki sifat memutar bidang cahaya terpolarisasi atau aktivitas optik. Rumus molekul dapat digambarkan dengan model bola atau batang dengan rumus proyeksi Fischer. Oleh karena atom karbon itu asimetrik, maka molekul asam amino mempunyai dua konfigurasi D dan L. Hal ini dapat dibandingkan dengan konfigurasi molekul monosakarida (Poedjiadi, 1994).

Suatu peptida adalah senyawa yang dibentuk dari asam α-amino yang terikat oleh suatu ikatan peptida. Asam-asam amino dalam peptida disebut sebagai unit peptida atau residu asam amino. Suatu peptida yang dibentuk dari dua residu asam amino dipeptida, sedangkan bila dari tiga residu asam amino disebut tripeptida. Suatu polipeptida adalah suatu peptida dengan banyak residu asam amino. Perbedaan antara suatu polipeptida dengan protein adalah berdasarkan perjanjian, umumnya suatu polipeptida dengan 50 residu asam amino disebut sebagai protein. Asam amino mempunyai sebuah asam karboksilat dan gugus α-amino dalam sebuah molekul. Akibatnya, suatu asam amino akan mengalami reaksi asam basa dalam molekulnya, untuk membentuk suatu ion dipolar, yaitu suatu ion yang mempunyai muatan positif dan negatif. Ion dipolar disebut juga sebagai zwitter ion. Suatu ion dipolar mempunyai muatan positif dan negatif sehingga muatan listriknya netral. Walaupun netral, tetapi ion dipolar masih merupakan senyawa ion. Terlihat dari sifat-sifat fisiknya, misalnya: titik didihnya tinggi, dapat larut dalam air, tetapi hampir tidak larut dalam pelarut organik. Sifat-sifat ini tidak ada bila ion dipolar tidak memiliki muatan ion (Fessenden, 1997).

Fungsi suatu protein selain sebagai bahan makanan tergantung sepenuhnya pada strukutur tiga dimensionalnya. Pada suatu protein dapat ditambahkan beberapa zat yang dapat merubah struktur sekunder, tersier, dan kuartener dari protein tersaebut. Sebagai contoh: konsentrasi ion yang tinggi dapat mematahkan ikatan S-S diantara cystein. Meskipun zat ini tidak berubah untuk memecahkan ikatan peptida, sehingga struktur primernya tidak berpengaruh, tetapi perlakuan ini dapat merusak sifat protein yang menyebabkan protein tersebut tidak berfungsi semestinya. Protein tersebut mengalami proses denaturasi. Sebagai contoh apabila lisozim di denaturasikan maka protein tersebut tidak dapat lagi merubah polisakarida seperti biasa. Denaturasi suatu enzim menyebabkan enzim itu tidak dapat berfungsi lagi. Denaturasi antibodi menyebabkan zat-zat tersebut tidak dapat mengenal dan bereaksi dengan antigen. Jika fungsi protein tergantung pada konfirmasinya, maka lazim pula dikatakan bahwa konfirmasi protein tergantung pada struktur primernya. Dengan kata lain pada urutan tepat didalam protein tersebut. Jika diambil zat lisozim yang telah di denaturasi dan mengembalikan kondisi pH, kadar garam dan sebagainya dalam kondisi normal, maka lisozim tersebut mendapatkan kembali strukutur sekunder dan tersiernya yang khas. Ini dapat dilihat dari kembalinya sifat katalitik. Begitu juga dengan antibodi, yang dapat didenaturasi secara reversibel, dikembalikan dalam keadaan normal, maka antibodi tersebut memperoleh kembali kemampuannya untuk mengikat antigen (Winarno, 1991).

Asam amino dapat digolongkan menjadi beberapa golongan berdasarkan sifat kandungan gugus R, terutama polaritasnya yaitu kecenderungan molekul untuk bereaksi dengan air pada pH biologi (dekat pH 7). Gugus R pada asam amino bervariasi polaritasnya, mulai dari gugus R yang tidak polar atau hidrofobik sampai dengan bersifat amat polar. Asam amino yang mempunyai gugus R non polar ada 8, yaitu alanin, valin, leusin, prolin, fenilalanin, triptofan, dan metionin. Gugus R didalam golongan asam amino ini merupakan hidrokarbon dan bersifat hidrofobik. Asam amino mempunyai gugus R polar tidak bermuatan ada 7 macam yaitu: glisin, serin, threonin, alanin, tirosin, asparagin, glutamin (Page, 1989).

Reaksi dimana asam amino membentuk suatu senyawa berwarna sangat penting didalam analisis pemisahan. Asam amino sendiri tidak berwarna dan tidak dapat dideteksi secara visual pada kromatografi atau cara analisis lainnya. Dengan mengubahnya menjadi senyawa yang berwarna, kita dapat melihatnya. Reaksi warna yang penting dari asam amino adalah reaksinya dengan ninhydrin karena intensitas warna yang terbentuk pada reaksi ninhydrin ini sebanding dengan konsentrasi asam aminonya maka reaksi ini dapat dipakai untuk analisa kuantitatif. Contohnya: reaksi ninhydrin ini dipakai pada alat analisa otomatik asam amino, suatu alat untuk memisahkan asam amino dengan memakai kolom penukar ion dan ditentukan konsentrasi relatifnya (Fessenden, 1997).

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan ninhydrin 0,1 %, albumin, larutan asam amino (glisin, serin, alanin, threonin), kristal cystein hidroklorida, kristal cystin, reagen millon, larutan natrium nitroprussida 1 %,NH4OH, aquades, Kristal cystin, NaOH 1 M, timbale asetat.

3.2 Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung, pipet tetes, gelas ukur, gegep kayu, alat pemanas, labu semprot, sikat tabung.

3.3 Prosedur Kerja

a. Tes Millon

3 ml larutan protein ditambah dengan 5 tetes reagen millon. Campuran dipanaskan dengan baik. Amati perubahan yang terjadi.

b. Tes Ninhydrin

3 ml larutan protein ditambahkan dengan 0,5 ml larutan ninhydrin 0,1 %, panaskan hingga mendidih. Ulangi percobaan diatas dengan menggunakan asam amino.

c. Tes Cystein

Beberapa kristal cystein hidroklorida dilarutkan dalam 5 ml air. Tambahkan 0,5 ml natrium nitroprussida 1 %. Kemudian tambahkan dengan 0,5 ml NH4OH.

d. Tes Cystin

Sedikit cystin dilarutkan dalam 5 ml NaOH 1 M. Tambahkan beberapa kristal Pb-asetat dan panaskan hingga mendidih.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

  1. Reaksi asam amino dan protein dengan ninhydrin memberikan warna ungu yang membuktikan adanya gugus asam amino bebas pada albumin.
  2. Reaksi asam amino cystein dengan nitroprussida dalam amoniak memberikan warna merah yang membuktikan bahwa adanya gugus sulfuhidril pada asam amino cystein.
  3. Reaksi asam amino cystin dengan penambahan NaOH dan larutan Pb-asetat memberikan warna hitam dengan endapan cermin perak yang membuktikan adanya gugus sulfuhdril pada asam amino cystin.
  4. Reaksi asam amino dan protein melalui tes millon membentuk endapan merah bata yang membuktikan bahwa adanya gugus hidroksifenil spesifik asam amino tirosin pada albumin.

5.2 Saran

Sebaiknya bahan yang ingin digunakan dalam percobaan telah disiapkan sebelum percobaan dimulai agar tidak mengganggu jalannya praktikum, selain itu bahan praktikum yang lainnya sebaiknya ditambah agar praktikan tidak kesulitan mencarinya.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun., 2006, Penuntun Praktikum Biokimia Umum, Laboratorium Biokimia, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Page, D., S., 1998, Prinsip-prinsip Biokimia, Erlangga, Jakarta.

Poedjiadi, A., 1994, Dasar-dasar Biokimia, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Winarno, F., G., 1991, Kimia Pangan dan Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Fessenden, Ralph J., Joan S. Fessenden, 1997, Dasar-dasar Kimia Organik, Binarupa Aksara, Jakarta

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

a. Tes Millon

Larutan Protein dan asam amino

Dengan reagen millon

Setelah pemanasan

Glisin

Threonin

Serin

Alanin

Albumin

Bening

Bening

Bening

Bening

Endapan Putih

Bening

Bening Kekuning-kuningan

Endapan Kekuning-kuningan

Bening Kekuning-kuningan

Endapan Merah

b.Tes Cystein

Larutan contoh (kristal cystein hidroklorida dilarutkan dalam 5 ml air) + Larutan Na-nitroprussida berwarna putih keruh, kemudian ditambahkan amonium hidroksida berwarna merah muda.

c. Tes Ninhydrin

Larutan Protein dan asam amino

Dengan reagen millon

Setelah pemanasan

Glisin

Threonin

Serin

Alanin

Albumin

Kekuning-kuningan

Bening

Bening

Bening

Putih keruh

Ungu

Bening

Ungu Muda

Ungu Kebiruan

Endapan Putih

.

d. Tes Cystin

Larutan contoh (cystin dilarutkan dalam 5 ml NaOH 1 M) + larutan NaOH akan berwarna bening, kemudian ditambahkan larutan Pb-asetat berwarna hitam dengan endapan cermin perak.

4.3 Pembahasan

a. Tes Millon

Millon adalah pereaksi dari larutan Hg yang berwarna merah. Larutan protein dan asam amino jika direaksikan dengan reagen millon ini akan terjadi perubahan warna jika larutan tersebut bisa saling bereaksi. Reagen millon adalah campuran antara garam merkuri dengan asan nitrat pekat dan asam sulfat pekat. Warna merah yang terbentuk adalah reaksi dari garam merkuri atau asam amino yang tereksitasi. Ini terjadi pada albumin yang membentuk gumpalan merah setelah dipanaskan. Namun pada saat penambahan reagen millon secara berlebih kemudian dipanaskan, gumpalan merah bata tadi berubah menjadi bening kembali. Pada reaksi millon ini hanya albumin yang memiliki reaksi positif, karena setelah penambahan reagen millon hanya albumin yang membentuk endapan. Pemanasan yang dilakukan berfungsi untuk mempercepat terjadinya reaksi.

b. Tes Ninhydrin

Reaksi ninhydrin merupakan reaksi yang berguna untuk identifikasi asam amino. Reaksi ini positif untuk gugus α-amino. Dalam teori dinyatakan bahwa untuk asam amino dan protein yang memiliki gugus α-amino akan menghasilkan warna biru-ungu.

Didalam praktikum ini, yang membentuk warna biru-ungu adalah glisin, serin, alanin, threonin. Hal ini telah sesuai dengan teori karena larutan tadi merupakan asam α-amino. Perubahan warna yang terjadi pada akhir reaksi untuk setiap asam amino karena terjadi pelepasan CO2 dan NH2 yang berbentuk gas. Hal tersebut menyebabkan terjadi pembentukan 2 molekul ninhydrin bereaksi dengan ammonium hidroksida setelah asam amino teroksidasi. Pemanasan yang dilakukan berfungsi mempercepat reaksi.

c. Tes Cystein

Pada percobaan ini, yang mereaksikan kristal cystein hidroklorida pada larutan ini memberikan warna merah muda. Warna ini terjadi karena reaksi antara natrium nitroprussida dalam amoniak akan menghasilkan warna merah muda. Setelah larutan dipanaskan dengan cara pemanasan langsung, pemanasan berfungsi agar dapat mempercepat terjadinya reaksi. Warna larutan tersebut berubah menjadi warna merah kekuningan. Gugus spesifik yang nampak adalah sulfuhidril.

d. Tes Cystin

Pada percobaan ini yang mereaksikan kristal cystin hidroklorida pada awal larutan memberikan warna bening. Namun pada saat penambahan Pb-asetat dan dipanaskan larutan tersebut berubah warna menjadi hitam dengan endapan cermin perak. Penambahan larutan NaOH dilakukan agar dapat mengetahui reaksi apa yang terjadi dari penambahan tersebut.


file aslinya silahkan diambil di link ini :
download

Tidak ada komentar:

Posting Komentar