Kamis, 17 Februari 2011

laporan praktikum LIPID

LAPORAN PRAKTIKUM

LIPID

NAMA : GIDEON YONES MASIRING

NIM : H 411 07 002

KELOMPOK : I (SATU)

HARI/ TANGGAL : KAMIS/ 04 Desember 2008

ASISTEN : KIKI REZKI WAHYU



JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2008


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lipid merupakan senyawa yang heterogen dari jaringan. Pada dasarnya kelarutannya adalah dalam pelarut lemak misalnya eter. Komponen-komponen dari lipid dapat dipisahkan dengan perbedaan kelarutannya dalam pelarut-pelarut organik yang berbeda. Lemak akn terhidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol dengan menggunakan larutan alkalin.

Lipid yang paling sederhana dan paling banyak mengandung asam lemak sebagai unit penyusun adalah triasilgliserol juga sering dinamakan lemak, lemak netral atau trigliserida. Triasilgliserol adalah komponen utama dari lemak penyimpan atau depot lemak pada sel tumbuhan dan sel hewan tetapi umumnya tidak ditemukan pada membran. Triasilgliserol dalam berbagai jenis tergantung pada identitas dan letak ketiga komponen asam lemak yang terikat dengan ikatan ester oleh gliserol

Lipid dalam kehidupan sehari-hari lebih dikenal dengan nama lemak. Lemak banyak terdapat dalam bahan makanan seperti daging, mentega, margarin, minyak kelapa, minyak jagung, coklat dan lain sebagainya. Untuk dapat lebih mengetahui dan memahami akan cara penentuan lipid yang diwakili oleh gliserol dalam suatu senyawa maka dilakukanlah percobaan ini.

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah mengetahui dan memahami identifikasi gliserol dalam suatu senyawa lipid dengan menggunakan tes acrolein dan tes kolorimeter.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan ada tidaknya gliserol dalam suatu senyawa lipid dengan tes acrolein dan tes kolorimeter.

1.3 Prinsip Percobaan

Pada tes acrolein yaitu dengan menambahkan KHSO4 ke dalam larutan contoh dan mengamati baunya yang khas, dan pada tes kolorimetri larutan contoh ditambah NaOCl, HCl, naftol serta H2SO4 dengan pemanasan dan reaksi positifnya ditandai dengan perubahan warna menjadi hijau zamrud.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat yang bisa diperoleh dari percobaan ini ialah kita akan dapat menentukan adanya keberadaan lipid atau lemak dalam suatu senyawa sehingga dapat diaplikasikan untuk menentukan keberadaan dan kandungan lipid dalam bahan makanan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Lipid dikenal oleh masyarakat awam sebagai minyak (organik, bukan minyak mineral atau minyak bumi), lemak, dan lilin. Istilah "lipid" mengacu pada golongan senyawa hidrokarbon alifatik nonpolar dan hidrofob yang esensial dalam menyusun struktur dan menjalankan fungsi sel hidup. Karena nonpolar, lipida tidak larut dalam pelarut polar, seperti air atau alkohol, tetapi larut dalam pelarut nonpolar, seperti eter atau kloroform (Campbell, dkk., 2002).

Lipid merupakan senyawa yang dapat diasrikan dari sel dan jaringan oleh pelarut organik tak polar. Lipid merupakan komponen tak larut dalam air yang berasal dari hewan dan tumbuhan. Cara pengelolaannya agak tidak biasa, hal ini disebabkan karena lipid mempunyai sifat kimia dan struktur yang khas. Satu-satunya kesamaan yang mempertalikan senyawa dalam golongan ini adalah cara mengisolasinya dan asal mula biogenetiknya yang sama. Dalam banyak segi, penggolongan lipid merupakan wadah bagi banyak molekul biologi yang beraneka ragam dan menarik (Campbell, dkk., 2002).

Lipida yang terdapat sebagai bagian dari makan hewan merupakan campuran lipida yang sederhana (terpena dan steroida) dan yang kompleks (triasilgliserol, fosfolipida, sfingolipida dan lilin), yang berasal dari tanaman maupun jaringan hewan. Dalam mulut dan lambung lipida tadi belum mengalami pemecahan yang berarti. Setelah berada dalan intestin maka lipida kompleks, terutama triasilgliserolnya dihidrolisis oleh lipase menjadi asam lemak bebas dan sisa. Hormon epineprin-lah yang mengaktifkan enzim lipase. Enzim ini dibantu oleh garam asam empedu (terutama asam kholat dan taurokholat) yang disekresikan oleh hati. Fungsi garam tersebut ialah mengemulsi makanan berlemak sehingga dengan demikian maka terbentuklah emulsi parikel lipida yang sangat kecil. Oleh karena itu permukaan lipida menjadi lebih besar dan lebih mudah dihidrolisis oleh lipase. Enzim ini tidak peka terhadap larutan lemak sempurna (Martoharsono, 1992).

Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Selain itu lemak dan minyak juga merupakan sumber energi yang lebih efektif dibanding dengan karbohidrat dan protein. Satu gram minyak atau lemak dapat menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 kkal/ gram. Minyak atau lemak, khususnya minyak nabati mengandung asam-asam lemak esensial seperti asam linoleat, lenolenat, dan arakidonat yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol. Minyak dan lemak juga berfungsi sebagai sumber dan pelarut bagi vitamin-vitamin A, D, E, dan K (Winarno, 1991).

Lemak dan minyak terdapat hampir pada semua bahan pangan dengan kandungan yang berbeda-beda. Tetapi lemak dan minyak seringkali ditambahkan dengan sengaja kebahan makanan dengan berbagai tujuan. Dalam pengolahan bahan pangan, minyak dan lemak berfungsi sebagai media penghantar panas, seperti minyak goreng, shortening (mentega putih), lemak (gajih), mentega, dan margarin. Di samping itu, penambahan lemak dimaksudkan juga untuk menambah kalori serta memperbaiki tekstur dan cita rasa bahan pangan, seperti pada kembang gula, penambahan shortening pada pembuatan keu-kue, dan lain-lain. Lemak yang ditambahkan dalam bahan pangan atau dijadikan bahan pangan membutuhkan persyaratan dan sifat-sifat tertentu. Berbagai bahan pangan seperti daging, ikan, telur, susu, apokat, kacang tanah dan beberapa jenis sayuran mengandung lemak atau minyak yang biasanya termakan bersama bahan tersebut. Lemak dan minyak tersebut dikenal sebagai lemak tersembunyi (invisible fat). Sedangkan lemak atau minyak yang telah diekstraksi dari ternak atau bahan nabati dan dimurnikan dikenal sebagai lemak minyak biasa atau lemak kasat mata (visible fat) (Winarno, 1991).

Lemak dibebaskan dari trigliserida atau fosfolipid bilamana ada keperluan akan energi. Oleh karena lemak dapat diubah menjadi KoA dengan hanya menghidrolisis dua ATP, maka asam lemak-lah, dan bukan karbohidrat yang merupakan sumber energi utama didalam tubuh. Dalam menanggapi berbagai hormon, asam-asam lemak dibebaskan dari jaringan lemak dan dibawa keberbagai jaringan lain untuk dioksodasi. Sesudah diubah menjadi KoA melalui jalur oksidasi-, β asam lemak rantai lurus dan jenuh dapat dioksidasi lebih lanjut melalui daur krebs atau diubah menjadi zat-zat keton. Untuk memecah asam-asam lemak yang mempunyai rantai cabang, diperlukan enzim tambahan. Demikian pula halnya untuk memecah asam-asam lemak yang mempunyai ikatan tidak jenuh atau yang mempunyai jumlah atom C yang ganjil. Bila tubuh mampu memecah lipid menurut cara yang seharusnya, maka akan terjadi gejala-gejala klinis yang perlu mendapat perhatian khusus (Schumm, 1996).

Lemak dalam makan mulai dicernakan diusus. Di sini lipase pankreas menghidrolisis trigliserida dan membebaskan asam-asam lemak yang terikat pada posisi 1 dan 3. Usus juga mengandung enterase yang menghidrolisis ester kolesterol dan dengan demikian menghasilkan asam lemak bebas lebih banyak lagi. Adanya fodfolipase pankreas, yang membebaskan asam lemak dari lesitin (fosfatidil kolin), menghasilkan lebih banyak asam lemak bebas lagi, disamping juga menghasilkan juga lisolesitin. Oleh karena asam-asam lemak tidak larut dalam air, maka merekapun diimulsikan dengan bantuan gabungan garam-garam empedu, lesitin dan monogliserida, hasilnya terbentuklah partikel “micelle” dengan garis tengah 200 sampai 500 nm. Di dalam “micelle” ini gugus OH dan NH2 yang hidrofil berada disebelah dalam. Lemak diserap kedalam sikat tepi (“brush border).dari sel-sel mukosa dalam bentuk “micelle” ini (Schumm, 1996).

Lemak dan minyak merupakn senyawa tersier dari asam karboksilat berantai panjang. Karena dapat terbentuk dari kelebihan karbohidrat dalam jasad hidup, maka lemak dan minyak berfungsi sebagai gudang utama energi. Lemak merupakan trigliserida padat sedangkan minyak merupakan cairan pada suhu kamar tertentu. Sudah lazim untuk menyebutkan semua cairan organik kental, sebagai minyak biasanya merupakan molekul-molekul tak bercabang yang mengandung 14 sampai 22 atom karbon. Yang menarik, senyawa tersebut hampir mempunyai jumlah atom yang genap dengan asalnya bersifat biosintesis. Baik asam lemak jenuh maupun tak jenuh biasanya diperoleh kembali dari hidrolisis bahan lipid. Ikatan rangkap dua umumnya memiliki konfigurasi cis (Martoharsono, 1992).

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain, lilin (wax), minyak kelapa, minyak wijen, gliserol 10%, margarin, KHSO4, blanko (air), HCL pekat, α-Naftol, H2SO4,

3.1 Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain, tabung reaksi, rak tabung, pipet tetes, pembakar (bunsan), gegep, alat pemanas, sarung tangan, dan masker.

3.3 Cara Kerja

A. Tes acrolein

Di dalam masing-masing tabung diisi 1 ml larutan contoh. Lalu ditambahkan ± 0,5 gram KHSO4 di dalam masing-masing tabung. Tabung dipanaskan dengan api kecil. Adanya gliserol ditandai dengan bau karakteristik, dicatat baunya.

B. Tes kolorimetri

Disediakan 5 buah tabung reaksi, di dalam tabung reaksi diisikan 1 ml larutan contoh dan blanko. Ditambahkan 1 ml larutan NaOCl 2%. Setelah 2-3 menit, ditambahkan 3-4 tetes HCl pekat, dididihkan selama 1 menit untuk membuang kelebihan asam. Ditambahkan 0,2 ml α-naftol, kemudian 4 ml H2SO4 pekat. Diaduk dengan hati-hati, adanya gliserol ditandai dengan terbentuknya warna hijau zamrud.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

A. Tes Acrolein

No

Contoh

0,5 gram KHSO4

Panaskan- (Bau)

1.

2.

3.

4.

5.

Lilin

Minyak kelapa

Minyak wijen

Margarin

Gliserin

Bening

Kuning bening

Hijau

Kuning

Bening

++

++

+++

++++

Keterangan : ─ (Tidak ada bau yang khas)

++ ( Lumayan bau)

+++ ( Bau)

++++ ( Sangat bau)

B. Tes kolorimetri

No

Contoh

Warna yang terbentuk

1.

Lilin

Atas putih bawah agak kuning

2.

Minyak kelapa

Atas kuning, bawah hijau zamrud

3.

Minyak wijen

Atas orange, bawah hijau zamrud

4.

Margarin

Atas bening, bawah hijau zamrud

5.

Gliserin

Hijau zamrud

4.2 Reaksi

4.3 Pembahasan


BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Dari percobaan dapat disimpulkan beberapa hal berikut :

1. Pada tes acrolein

2. Pada tes kolorimetri

V.2 Saran

-

DAFTAR PUSTAKA

Schumm, D. E., 1996, Intisari Biokimia, Binarupa Aksara, Jakarta. hal 240-243.

Campbell, N. A., Reece, J. B., dan Mitchell, N. A., 2002, Biologi Jilid 1, Erlangga, Jakarta. hal 71-73

Martoharsono, S., 1992, Biokimia Jilid II, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. hal 35-36

Winarno, F., G., 1992, Kimia Pangan Dan Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.


file aslinya dapat diambil lewat link ini :
download

PERCOBAAN II REAKSI UJI TERHADAP ASAM AMINO

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA UMUM

PERCOBAAN II

REAKSI UJI TERHADAP ASAM AMINO

NAMA : GIDEON YONES MASIRING

NIM : H411 07 002

KLP : I (SATU)

ASISTEN : KIKY REZKI WAHYU

TGL PERC : 6 Nopember 2008














LABORATORIUM BIOKIMIAJURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2008



BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Melalui suatu proses tertentu sejumlah besar molekul asam amino dapat membentuk suatu senyawa yang memiliki banyak ikatan peptida. Molekul senyawa ini merupakan suatu molekul senyawa yang besar atau makro molekul yang terdiri atas banyak molekul asam amino dan karenaya disebut sebagai polipeptida.

Protein mempunyai molekul besar dengan bobot molekul bervariasi antara 5000 sampai jutaan. Dengan cara hidrolisis oleh asam atau suatu enzim, protein akan menghasilkan asam amino. Ada 20 jenis asam amino yang terdapat dalam molekul protein. Asam amino tersebut masing-masing terikat dengan ikatan polipeptida. Protein mudah dipengaruhi oleh suhu tinggi, pH, dan pelarut organik.

Sifat reaksi asam amino dan protein adalah sangat ditentukan oleh gugus α-karboksil dan gugus α-amino bereaksi sebagaimana lazimnya reaksi organik lainnya untuk membentuk amida, ester, dan asil halida lainnya. Dengan demikian maka diadakanlah percobaan mengenai reaksi asam amino dan protein ini.

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Untuk mengetahui dan mempelajari reaksi uji terhadap asam amino.

1.2.2 Tujuan Percobaan

  1. Mengindetifikasi adanya gugus hidroksifenil spesifik pada asam amino tirosin melalui tes millon.
  2. Mengindetifikasi adanya asam amino dan protein yang mengandung gugus asam amino bebas melalui tes ninhydrin.
  3. Mengindetifikasi adanya gugus sulfurhidril spesifik pada asam amino cystein dengan nitroprussida dan amoniak berlebih.
  4. Mengindetifikasi adanya jembatan sulfida pada asam amino cystin dengan natrium hidroksida dan timbal asetat.

1.3 Perinsip Percobaan

Mengindetifikasi asam amino dengan beberapa pereaksi tertentu yang digunakan melalui beberapa tes yaitu: tes millon, tes ninhydrin, tes cystein, tes cystin, yang ditandai dengan adanya perubahan warna dan endapan yang menunjukkan bahwa adanya reaksi positif terhadap asam amino.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Protein adalah molekul raksasa yang terdiri dari satuan-satuan kecil penyusunnya yang disebut asam amino yang tersusun dalam urutan tertentu, dengan jumlah dan struktur tertentu. Molekul-molekul ini merupakan bahan pembangun sel hidup. Protein yang paling sederhana terdiri atas 50 asam amino, tetapi ada beberapa protein yang memiliki ribuan asam amino. Hal yang terpenting adalah ketidakhadiran, penambahan, atau penggantian satu saja asam amino pada sebuah struktur protein dapat menyebabkan protein tersebut menjadi gumpalan molekul yang tidak berguna. Setiap asam amino harus terletak pada urutan yang benar dan struktur yang tepat (Poedjiadi, 1994).

Teori evolusi yang menyatakan bahwa kehidupan muncul secara kebetulan, tidak berdaya saat dihadapkan pada keteraturan ini. Protein terlalu menakjubkan untuk dijelaskan dengan teori kebetulan ini. Fakta bahwa struktur fungsional protein tidak dapat muncul secara kebetulan akan mudah diamati dengan perhitungan probabilitas sederhana yang dapat dipahami semua orang. Sebuah molekul protein berukuran rata-rata dibangun dengan 288 asam amino yang terdiri dari 12 jenis asam amino. Protein dapat disusun dengan 10300 cara yang berbeda. Dari seluruh kemungkinan, hanya satu cara yang yang dapat membentuk urutan molekul protein yang diinginkan. Sisanya adalah rantai asam amino yang sama sekali tidak berguna atau berpotensi membahayakan mahluk hidup. Dengan kata lain, probabilitas pembentukan satu molekul protein adalah 1 banding 10. Selain itu, molekul protein dengan 288 asam amino lebih sederhana dibandingkan molekul-molekul protein raksasa yang terdiri dari ribuan asam amino (Poedjiadi, 1994).

Asam amino adalah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam amino yang terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugus –NH2 pada atom karbon α dari posisi gugus –COOH. Dari rumus umum tersebut dapat dilihat bahwa atom karbon α ialah atom karbon asimetrik, kecuali bila R ialah atom H. Oleh karena itu asam amino juga memiliki sifat memutar bidang cahaya terpolarisasi atau aktivitas optik. Rumus molekul dapat digambarkan dengan model bola atau batang dengan rumus proyeksi Fischer. Oleh karena atom karbon itu asimetrik, maka molekul asam amino mempunyai dua konfigurasi D dan L. Hal ini dapat dibandingkan dengan konfigurasi molekul monosakarida (Poedjiadi, 1994).

Suatu peptida adalah senyawa yang dibentuk dari asam α-amino yang terikat oleh suatu ikatan peptida. Asam-asam amino dalam peptida disebut sebagai unit peptida atau residu asam amino. Suatu peptida yang dibentuk dari dua residu asam amino dipeptida, sedangkan bila dari tiga residu asam amino disebut tripeptida. Suatu polipeptida adalah suatu peptida dengan banyak residu asam amino. Perbedaan antara suatu polipeptida dengan protein adalah berdasarkan perjanjian, umumnya suatu polipeptida dengan 50 residu asam amino disebut sebagai protein. Asam amino mempunyai sebuah asam karboksilat dan gugus α-amino dalam sebuah molekul. Akibatnya, suatu asam amino akan mengalami reaksi asam basa dalam molekulnya, untuk membentuk suatu ion dipolar, yaitu suatu ion yang mempunyai muatan positif dan negatif. Ion dipolar disebut juga sebagai zwitter ion. Suatu ion dipolar mempunyai muatan positif dan negatif sehingga muatan listriknya netral. Walaupun netral, tetapi ion dipolar masih merupakan senyawa ion. Terlihat dari sifat-sifat fisiknya, misalnya: titik didihnya tinggi, dapat larut dalam air, tetapi hampir tidak larut dalam pelarut organik. Sifat-sifat ini tidak ada bila ion dipolar tidak memiliki muatan ion (Fessenden, 1997).

Fungsi suatu protein selain sebagai bahan makanan tergantung sepenuhnya pada strukutur tiga dimensionalnya. Pada suatu protein dapat ditambahkan beberapa zat yang dapat merubah struktur sekunder, tersier, dan kuartener dari protein tersaebut. Sebagai contoh: konsentrasi ion yang tinggi dapat mematahkan ikatan S-S diantara cystein. Meskipun zat ini tidak berubah untuk memecahkan ikatan peptida, sehingga struktur primernya tidak berpengaruh, tetapi perlakuan ini dapat merusak sifat protein yang menyebabkan protein tersebut tidak berfungsi semestinya. Protein tersebut mengalami proses denaturasi. Sebagai contoh apabila lisozim di denaturasikan maka protein tersebut tidak dapat lagi merubah polisakarida seperti biasa. Denaturasi suatu enzim menyebabkan enzim itu tidak dapat berfungsi lagi. Denaturasi antibodi menyebabkan zat-zat tersebut tidak dapat mengenal dan bereaksi dengan antigen. Jika fungsi protein tergantung pada konfirmasinya, maka lazim pula dikatakan bahwa konfirmasi protein tergantung pada struktur primernya. Dengan kata lain pada urutan tepat didalam protein tersebut. Jika diambil zat lisozim yang telah di denaturasi dan mengembalikan kondisi pH, kadar garam dan sebagainya dalam kondisi normal, maka lisozim tersebut mendapatkan kembali strukutur sekunder dan tersiernya yang khas. Ini dapat dilihat dari kembalinya sifat katalitik. Begitu juga dengan antibodi, yang dapat didenaturasi secara reversibel, dikembalikan dalam keadaan normal, maka antibodi tersebut memperoleh kembali kemampuannya untuk mengikat antigen (Winarno, 1991).

Asam amino dapat digolongkan menjadi beberapa golongan berdasarkan sifat kandungan gugus R, terutama polaritasnya yaitu kecenderungan molekul untuk bereaksi dengan air pada pH biologi (dekat pH 7). Gugus R pada asam amino bervariasi polaritasnya, mulai dari gugus R yang tidak polar atau hidrofobik sampai dengan bersifat amat polar. Asam amino yang mempunyai gugus R non polar ada 8, yaitu alanin, valin, leusin, prolin, fenilalanin, triptofan, dan metionin. Gugus R didalam golongan asam amino ini merupakan hidrokarbon dan bersifat hidrofobik. Asam amino mempunyai gugus R polar tidak bermuatan ada 7 macam yaitu: glisin, serin, threonin, alanin, tirosin, asparagin, glutamin (Page, 1989).

Reaksi dimana asam amino membentuk suatu senyawa berwarna sangat penting didalam analisis pemisahan. Asam amino sendiri tidak berwarna dan tidak dapat dideteksi secara visual pada kromatografi atau cara analisis lainnya. Dengan mengubahnya menjadi senyawa yang berwarna, kita dapat melihatnya. Reaksi warna yang penting dari asam amino adalah reaksinya dengan ninhydrin karena intensitas warna yang terbentuk pada reaksi ninhydrin ini sebanding dengan konsentrasi asam aminonya maka reaksi ini dapat dipakai untuk analisa kuantitatif. Contohnya: reaksi ninhydrin ini dipakai pada alat analisa otomatik asam amino, suatu alat untuk memisahkan asam amino dengan memakai kolom penukar ion dan ditentukan konsentrasi relatifnya (Fessenden, 1997).

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan ninhydrin 0,1 %, albumin, larutan asam amino (glisin, serin, alanin, threonin), kristal cystein hidroklorida, kristal cystin, reagen millon, larutan natrium nitroprussida 1 %,NH4OH, aquades, Kristal cystin, NaOH 1 M, timbale asetat.

3.2 Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung, pipet tetes, gelas ukur, gegep kayu, alat pemanas, labu semprot, sikat tabung.

3.3 Prosedur Kerja

a. Tes Millon

3 ml larutan protein ditambah dengan 5 tetes reagen millon. Campuran dipanaskan dengan baik. Amati perubahan yang terjadi.

b. Tes Ninhydrin

3 ml larutan protein ditambahkan dengan 0,5 ml larutan ninhydrin 0,1 %, panaskan hingga mendidih. Ulangi percobaan diatas dengan menggunakan asam amino.

c. Tes Cystein

Beberapa kristal cystein hidroklorida dilarutkan dalam 5 ml air. Tambahkan 0,5 ml natrium nitroprussida 1 %. Kemudian tambahkan dengan 0,5 ml NH4OH.

d. Tes Cystin

Sedikit cystin dilarutkan dalam 5 ml NaOH 1 M. Tambahkan beberapa kristal Pb-asetat dan panaskan hingga mendidih.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

  1. Reaksi asam amino dan protein dengan ninhydrin memberikan warna ungu yang membuktikan adanya gugus asam amino bebas pada albumin.
  2. Reaksi asam amino cystein dengan nitroprussida dalam amoniak memberikan warna merah yang membuktikan bahwa adanya gugus sulfuhidril pada asam amino cystein.
  3. Reaksi asam amino cystin dengan penambahan NaOH dan larutan Pb-asetat memberikan warna hitam dengan endapan cermin perak yang membuktikan adanya gugus sulfuhdril pada asam amino cystin.
  4. Reaksi asam amino dan protein melalui tes millon membentuk endapan merah bata yang membuktikan bahwa adanya gugus hidroksifenil spesifik asam amino tirosin pada albumin.

5.2 Saran

Sebaiknya bahan yang ingin digunakan dalam percobaan telah disiapkan sebelum percobaan dimulai agar tidak mengganggu jalannya praktikum, selain itu bahan praktikum yang lainnya sebaiknya ditambah agar praktikan tidak kesulitan mencarinya.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun., 2006, Penuntun Praktikum Biokimia Umum, Laboratorium Biokimia, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Page, D., S., 1998, Prinsip-prinsip Biokimia, Erlangga, Jakarta.

Poedjiadi, A., 1994, Dasar-dasar Biokimia, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Winarno, F., G., 1991, Kimia Pangan dan Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Fessenden, Ralph J., Joan S. Fessenden, 1997, Dasar-dasar Kimia Organik, Binarupa Aksara, Jakarta

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

a. Tes Millon

Larutan Protein dan asam amino

Dengan reagen millon

Setelah pemanasan

Glisin

Threonin

Serin

Alanin

Albumin

Bening

Bening

Bening

Bening

Endapan Putih

Bening

Bening Kekuning-kuningan

Endapan Kekuning-kuningan

Bening Kekuning-kuningan

Endapan Merah

b.Tes Cystein

Larutan contoh (kristal cystein hidroklorida dilarutkan dalam 5 ml air) + Larutan Na-nitroprussida berwarna putih keruh, kemudian ditambahkan amonium hidroksida berwarna merah muda.

c. Tes Ninhydrin

Larutan Protein dan asam amino

Dengan reagen millon

Setelah pemanasan

Glisin

Threonin

Serin

Alanin

Albumin

Kekuning-kuningan

Bening

Bening

Bening

Putih keruh

Ungu

Bening

Ungu Muda

Ungu Kebiruan

Endapan Putih

.

d. Tes Cystin

Larutan contoh (cystin dilarutkan dalam 5 ml NaOH 1 M) + larutan NaOH akan berwarna bening, kemudian ditambahkan larutan Pb-asetat berwarna hitam dengan endapan cermin perak.

4.3 Pembahasan

a. Tes Millon

Millon adalah pereaksi dari larutan Hg yang berwarna merah. Larutan protein dan asam amino jika direaksikan dengan reagen millon ini akan terjadi perubahan warna jika larutan tersebut bisa saling bereaksi. Reagen millon adalah campuran antara garam merkuri dengan asan nitrat pekat dan asam sulfat pekat. Warna merah yang terbentuk adalah reaksi dari garam merkuri atau asam amino yang tereksitasi. Ini terjadi pada albumin yang membentuk gumpalan merah setelah dipanaskan. Namun pada saat penambahan reagen millon secara berlebih kemudian dipanaskan, gumpalan merah bata tadi berubah menjadi bening kembali. Pada reaksi millon ini hanya albumin yang memiliki reaksi positif, karena setelah penambahan reagen millon hanya albumin yang membentuk endapan. Pemanasan yang dilakukan berfungsi untuk mempercepat terjadinya reaksi.

b. Tes Ninhydrin

Reaksi ninhydrin merupakan reaksi yang berguna untuk identifikasi asam amino. Reaksi ini positif untuk gugus α-amino. Dalam teori dinyatakan bahwa untuk asam amino dan protein yang memiliki gugus α-amino akan menghasilkan warna biru-ungu.

Didalam praktikum ini, yang membentuk warna biru-ungu adalah glisin, serin, alanin, threonin. Hal ini telah sesuai dengan teori karena larutan tadi merupakan asam α-amino. Perubahan warna yang terjadi pada akhir reaksi untuk setiap asam amino karena terjadi pelepasan CO2 dan NH2 yang berbentuk gas. Hal tersebut menyebabkan terjadi pembentukan 2 molekul ninhydrin bereaksi dengan ammonium hidroksida setelah asam amino teroksidasi. Pemanasan yang dilakukan berfungsi mempercepat reaksi.

c. Tes Cystein

Pada percobaan ini, yang mereaksikan kristal cystein hidroklorida pada larutan ini memberikan warna merah muda. Warna ini terjadi karena reaksi antara natrium nitroprussida dalam amoniak akan menghasilkan warna merah muda. Setelah larutan dipanaskan dengan cara pemanasan langsung, pemanasan berfungsi agar dapat mempercepat terjadinya reaksi. Warna larutan tersebut berubah menjadi warna merah kekuningan. Gugus spesifik yang nampak adalah sulfuhidril.

d. Tes Cystin

Pada percobaan ini yang mereaksikan kristal cystin hidroklorida pada awal larutan memberikan warna bening. Namun pada saat penambahan Pb-asetat dan dipanaskan larutan tersebut berubah warna menjadi hitam dengan endapan cermin perak. Penambahan larutan NaOH dilakukan agar dapat mengetahui reaksi apa yang terjadi dari penambahan tersebut.


file aslinya silahkan diambil di link ini :
download